September 2015

Ayo Jualan !

Ayo Jualan ! Jemput rizki yang telah tergantung di langit. BDS (19/09) - Alhamdulillah... 3 hari ini bisa menyiapkan sendiri bekal  makan siang sekolah untuk ketiga anak – anak saya. Bisa menyiapkan bekal makan siang bagi saya yang tak begitu pandai memasak apalagi hobi, adalah sesatu. Berangkat dari sebuah niat untuk selalu berusaha memberikan makanan yang lebih baik untuk buah hati.  Meski sebenarnya merepotkan tapi cukup membanggakan. Hmmm ...jurus mengapresiasi diri sendiri.
 Sepulang sekolah selalu kroscek ulang apakah bekalnya dimakan dan dihabiskan.  Mereka bertigapun  berebut   saling melapor. Seperti biasanya , kakaklah yang selalu memberikan laporan  menyenangkan .He..eh..
 “ Ummi, tadi keripik jamurnya habis ! “ , seru sang kakak
 “ Bagus ,dong”.  Jawabku sambil beres – beres di meja dapur. “  Bekal yang sudah dimasak  ummi  harus dihabiskan  semua, ya.”
 “Temanku padha minta , Mi.Jadi habis tak bagikan “
Si kembar , Hammaad  menambahkan , “aku ya iyaa,...tak bagi – bagi ke temenku “
Si kembar , Hammam   hanya menyimak sambil melirik ke kanan dan ke kiri. Memikirkan sesuatu.
Saya pun menjawab ,  “ Ya gapapaberbagi ke teman itu baik” .
Dengan penuh semangat saya melanjutkan pembicaraan. “ Berarti temanmu suka keripik jamur dong . Oooh, gini aja ummi buatkan keripik jamur lagi yang agak  banyak. Tapi sebagian dijual , ya ? “
Mereka bertiga saling melirik dan memikirkan sesuatu. Bingung mau menjawab apa..
 “ Ummi, jualan itu berat lho , Mi ! “, komentar sang kakak kembali.
 Welah, komentar yang tak terduga dari anak  yang baru genap berumur 9 tahun pada bulan november  tahun ini. Nah, kalau sudah begini   mulailah saya memasukkan prinsip - prinsip hidup..ciee.
 “ Berat gimana ?   Eh, tapi jualan itu pintu rizki, Dik. Allah akan memberikan rizkinya untuk kita kalau  berjualan. “ .
 Anak pertama saya ini  memang sejak kelas 1 sudah berlatih jualan. Mulai dari vitamin anak yang diecer sampe jualan parfum. Meski jualannya belum betul dan belum menghasilkan   , tapi saya senang karena dia sudah mau menempuh proses berjualan.   Makanya dia bisa berkomentar kalau jualan itu memang sebenarnya ga mudah. Tiba tiba adik si kembar,  Hammad yang secara karakter  memang sangat derma  ke teman – temannya  nyeletuk, “  Ga usah dijual , Mi. Keripiknya di bagi – bagi saja “.
Haiyach, sayapun tersenyum.   Saya tahu itu  jawaban bijaksana sebagai  strategi  halus untuk menolak berjualan.  “ Iya, kadang kita bagi – bagi ke teman. Tapi sebagian juga harus dijual “
“Ga papa , Mi. Aku mau jualan, tapi uangnya untuk aku semua, he..he” , sambil menunjukkan jari ke dadanya si kakak  ngeloyor pergi ke kamar.  
“ Boleh. Tapi, ummi juga dikasih sebagian ya. Misal, nanti dapat  sepuluh ribu, yang lima ribu dikasihkan  ummi. Yang lima ribu dibagi buat kalian bertiga. Gimana? “
 “ lha, kalau uangnya buat kalian semua , ummi beli jamur lagi pakai apa? Belum nanti untuk beli  minyak goreng, tepung , telur... “. Saya yakin semua yang saya katakan tak sepenuhnya dapat mereka pahami dengan baik. Tapi saya yakin seiring berjalan waktu mereka akan paham.
Saat kelas satu , kakak belum bisa paham apa makna “ untung dan rugi”. Tapi dia tetap jualan dengan cara anak kelas 1 SD. Di kelas tiga dia sudah menjual lebih baik dan dia mulai mengerti  kalau jualan yang betul itu uang dia harus bertambah banyak.  Akhirnya dia menemukan sendiri apa arti “untung”.
Oke!!. Lha, tapi siap ga kembar jualan ?”, melirik ke kedua adiknya.
siiip!”, sambil kulirik si kembar yang masih nampak kebingungan menerjemahkan apa yang dikatakan  kakaknya.
Seorang pentolan HIPMI ( Himpinan pengusaha Muda Indonesia) Erwin Aksa mengatakan bahwa  ,idealnya untuk menjadi sebuah negara industri maju memiliki 12 % pengusaha dari total populasi penduduknya. Jepang, Singapura, Amerika, Korea, bahkan sekarang China dan Malaysia memiliki pengusaha 5-15 persen atas populasi penduduk. Sedangkan di negara kita ada yang bilang 400 ribu pengusaha . Jumlah itu tidak ada 1 % dari  jumlah penduduknya.
Wah, kebayang nggak  negaranya kayakapa. Negara kecuali cina yang penduduknya lebih sedikit dari kita saja jumlah pengusahanya  5 sampe 15  kali dibanding jumlah pengusaha dinegara kita.  Yang  ada di kepala saya sih tiap rumah adalah  ruko. Lihat saja cina, sampai penduduk yang merantau dan menjadi pendatang di sebuah negarapun rata – rata hampir semua jadi  pedagang atau pengusaha. Bahkan mendominasi penduduk asli negara tersebut.  Seolah olah mereka lahir sudah membawa misi jualan. Bukan, maaf..., seperti kita ini, bayi yang lahir sudah terkena beban bayar hutang negara.
Kita bandingkan jumlah pengusaha di Indonesia yang jumlahnya kurang dari 1 persen. Sekarang saja sudah bisa kita lihat hampir tiap – tiap rumah dipinggir jalan berubah jadi toko kelontong. Di beberapa perkampungan yang sedang tumbuh hampir – hampir jadi rumah produksi aneka macam produk. Mulai konveksi, snack , bakery dan lain- lain. Belum lagi kalau kita punya akun online baik itu Facebook, twitter , whatsap atau BB. Banyak sekali penawaran aneka produk yang ditawarkan mencari peminatnya . Ini adalah fenomena yang sebenarnya cukup menarik dan baik.
Pertanyaannya siapa yang mau membeli ?  Hebatnya dan anehnya mereka masing – masing laku dan punya segmen pembeli masing – masing. Rizki kita sudah ada jatahnya . Dia tergantung diatas langit menunggu kita untuk mengambilnya.
Yang sudah menemukan cara mengambilnya mereka bisa merasakan.  Subhanallah, rizki tak ada habisnya. Semakin bertambah dan bertambah. Tapi yang belum menemukan jalannya, rizki itu seakan jauuuh tak teraih.
Jualan adalah salah satu jalan mengambil rizki yang tergantung tersebut.  Jangan khawatir tidak laku karena tiap tiap produk ada jodohnya. Dan jangan merasa jika diantara kita semua jadi pedagang produk kita tidak akan ada yang membeli. Manusia adalah mahkluk sosial yang saling membutuhkan. Jadikanlah sesama pedagang itu adalah patner kerjasama yang saling menguntungkan dan membutuhkan .
 Pedagang baju mereka tetap butuh obat. Pedagang obat membutuhkan baju. Pedagang baju dan obat membutuhkan pedagang handphone. Pedagang baju , obat  dan handphone membutuhkan makanan yang baik dan nutrisi sehat. Produsen membutuhkan pasukan reseller, reseller menemukan para konsumen. Konsumen membutuhkan inovasi dari produsen produsen yang kreatif. Sinergi saling membutuhkan dan menguntungkan dan roda ekonomi akan berputar.
Masih menunggu berapa lama? Segera bangun dan bergerak .  Semua orang bisa menjual dan apapun bisa dijual. Media jualan makin menarik dan target pasarpun masih sangat luas.  “ ayo , jualan ! “  untuk menjemput rizki kita yang sudah tergantung  dan disediakan di langit dan di bumi .
By Dyah Andari ( spirit dari Training Menulis Muslimah, Ayo, nulis )


.