2015




Kajian Keluarga BDS kini Live di HIZ FM. BDS (16/11) - Antusias terhadap kajian yang membahas tema keluarga menjadi suatu kebutuhan yang sangat dinanti di kalangan masyarakat luas. Balai Dakwah Sragen yang memulai kajian keluarga di Masjid Al Ikhlas Gemolong akhirnya bisa "live" di HIZ FM. Ini merupakan kerjasama BDS (sebagai Event Organizer nya), Takmir Masjid Al Ikhlas Gemolong sebagai fasilitator tempat dan HIZ FM sebagai penyiar salurannya. Acara pertama dipandu oleh Ust Syaiful Arif yang dimulai jam 20.00 sampai 21.30.
Kajian bersama Ust. Tri Asmono Kurniawan ini merupakan kajian rutin yang dilaksanakan BDS setiap Senin pekan pertama mulai jam 20.00 bertempat di Masjid Al Ikhlas Gemolong.
Tata Cara Mengkafani Jenazah Sesuai Syariat Islam 2. BDS (01/10) - Setiap orang pasti akan mati. Namun perlakuan jasad seorang muslim yang meninggal harus sesuai dengan syariat tuntunan Islam. Banyak yang belum pernah melakukan pengurusan jenazah karena memang belum mengetahui ilmunya. Salah satu tahapan rukunnya adalah cara mengkafani jenazah. Inilah video tuntunan dalam mengkafani jenazah yang sesuai syariat Islam. Selamat menyaksikan semoga bisa mengambil manfaat. Amin



Tata Cara Mengkafani Jenazah Sesuai Syariat Islam 1. BDS (01/10) - Mengkafani merupakan salah satu tahap dalam mengurusi jenzah setiap muslim yang meninggal dunia. Inilah video yang menggambarkan cara mengkafani jenasah sesuai syariat Islam.




Yang Dibutuhkan Dan Tidak Saat Mengkafani Jenazah. BDS (01/10) - Alat dan bahan dalam mengkafani jenazah harus dipersiapkan sebelumnya agar kegiatan bejalan lancar. Apa saja yang diperlukan dan apa saja yang tidak diperlukan dapat anda saksikan dalam video ini. Jangan sampai kita menyediakan bahan-bahan yang tidak diperlukan, Karena selain akan mubadzir , justru yang dikhawatirkan menyalahi sunnah hingga masuk perbuatan bid'ah yang dilarang Allah. 

Ayo Jualan !

Ayo Jualan ! Jemput rizki yang telah tergantung di langit. BDS (19/09) - Alhamdulillah... 3 hari ini bisa menyiapkan sendiri bekal  makan siang sekolah untuk ketiga anak – anak saya. Bisa menyiapkan bekal makan siang bagi saya yang tak begitu pandai memasak apalagi hobi, adalah sesatu. Berangkat dari sebuah niat untuk selalu berusaha memberikan makanan yang lebih baik untuk buah hati.  Meski sebenarnya merepotkan tapi cukup membanggakan. Hmmm ...jurus mengapresiasi diri sendiri.
 Sepulang sekolah selalu kroscek ulang apakah bekalnya dimakan dan dihabiskan.  Mereka bertigapun  berebut   saling melapor. Seperti biasanya , kakaklah yang selalu memberikan laporan  menyenangkan .He..eh..
 “ Ummi, tadi keripik jamurnya habis ! “ , seru sang kakak
 “ Bagus ,dong”.  Jawabku sambil beres – beres di meja dapur. “  Bekal yang sudah dimasak  ummi  harus dihabiskan  semua, ya.”
 “Temanku padha minta , Mi.Jadi habis tak bagikan “
Si kembar , Hammaad  menambahkan , “aku ya iyaa,...tak bagi – bagi ke temenku “
Si kembar , Hammam   hanya menyimak sambil melirik ke kanan dan ke kiri. Memikirkan sesuatu.
Saya pun menjawab ,  “ Ya gapapaberbagi ke teman itu baik” .
Dengan penuh semangat saya melanjutkan pembicaraan. “ Berarti temanmu suka keripik jamur dong . Oooh, gini aja ummi buatkan keripik jamur lagi yang agak  banyak. Tapi sebagian dijual , ya ? “
Mereka bertiga saling melirik dan memikirkan sesuatu. Bingung mau menjawab apa..
 “ Ummi, jualan itu berat lho , Mi ! “, komentar sang kakak kembali.
 Welah, komentar yang tak terduga dari anak  yang baru genap berumur 9 tahun pada bulan november  tahun ini. Nah, kalau sudah begini   mulailah saya memasukkan prinsip - prinsip hidup..ciee.
 “ Berat gimana ?   Eh, tapi jualan itu pintu rizki, Dik. Allah akan memberikan rizkinya untuk kita kalau  berjualan. “ .
 Anak pertama saya ini  memang sejak kelas 1 sudah berlatih jualan. Mulai dari vitamin anak yang diecer sampe jualan parfum. Meski jualannya belum betul dan belum menghasilkan   , tapi saya senang karena dia sudah mau menempuh proses berjualan.   Makanya dia bisa berkomentar kalau jualan itu memang sebenarnya ga mudah. Tiba tiba adik si kembar,  Hammad yang secara karakter  memang sangat derma  ke teman – temannya  nyeletuk, “  Ga usah dijual , Mi. Keripiknya di bagi – bagi saja “.
Haiyach, sayapun tersenyum.   Saya tahu itu  jawaban bijaksana sebagai  strategi  halus untuk menolak berjualan.  “ Iya, kadang kita bagi – bagi ke teman. Tapi sebagian juga harus dijual “
“Ga papa , Mi. Aku mau jualan, tapi uangnya untuk aku semua, he..he” , sambil menunjukkan jari ke dadanya si kakak  ngeloyor pergi ke kamar.  
“ Boleh. Tapi, ummi juga dikasih sebagian ya. Misal, nanti dapat  sepuluh ribu, yang lima ribu dikasihkan  ummi. Yang lima ribu dibagi buat kalian bertiga. Gimana? “
 “ lha, kalau uangnya buat kalian semua , ummi beli jamur lagi pakai apa? Belum nanti untuk beli  minyak goreng, tepung , telur... “. Saya yakin semua yang saya katakan tak sepenuhnya dapat mereka pahami dengan baik. Tapi saya yakin seiring berjalan waktu mereka akan paham.
Saat kelas satu , kakak belum bisa paham apa makna “ untung dan rugi”. Tapi dia tetap jualan dengan cara anak kelas 1 SD. Di kelas tiga dia sudah menjual lebih baik dan dia mulai mengerti  kalau jualan yang betul itu uang dia harus bertambah banyak.  Akhirnya dia menemukan sendiri apa arti “untung”.
Oke!!. Lha, tapi siap ga kembar jualan ?”, melirik ke kedua adiknya.
siiip!”, sambil kulirik si kembar yang masih nampak kebingungan menerjemahkan apa yang dikatakan  kakaknya.
Seorang pentolan HIPMI ( Himpinan pengusaha Muda Indonesia) Erwin Aksa mengatakan bahwa  ,idealnya untuk menjadi sebuah negara industri maju memiliki 12 % pengusaha dari total populasi penduduknya. Jepang, Singapura, Amerika, Korea, bahkan sekarang China dan Malaysia memiliki pengusaha 5-15 persen atas populasi penduduk. Sedangkan di negara kita ada yang bilang 400 ribu pengusaha . Jumlah itu tidak ada 1 % dari  jumlah penduduknya.
Wah, kebayang nggak  negaranya kayakapa. Negara kecuali cina yang penduduknya lebih sedikit dari kita saja jumlah pengusahanya  5 sampe 15  kali dibanding jumlah pengusaha dinegara kita.  Yang  ada di kepala saya sih tiap rumah adalah  ruko. Lihat saja cina, sampai penduduk yang merantau dan menjadi pendatang di sebuah negarapun rata – rata hampir semua jadi  pedagang atau pengusaha. Bahkan mendominasi penduduk asli negara tersebut.  Seolah olah mereka lahir sudah membawa misi jualan. Bukan, maaf..., seperti kita ini, bayi yang lahir sudah terkena beban bayar hutang negara.
Kita bandingkan jumlah pengusaha di Indonesia yang jumlahnya kurang dari 1 persen. Sekarang saja sudah bisa kita lihat hampir tiap – tiap rumah dipinggir jalan berubah jadi toko kelontong. Di beberapa perkampungan yang sedang tumbuh hampir – hampir jadi rumah produksi aneka macam produk. Mulai konveksi, snack , bakery dan lain- lain. Belum lagi kalau kita punya akun online baik itu Facebook, twitter , whatsap atau BB. Banyak sekali penawaran aneka produk yang ditawarkan mencari peminatnya . Ini adalah fenomena yang sebenarnya cukup menarik dan baik.
Pertanyaannya siapa yang mau membeli ?  Hebatnya dan anehnya mereka masing – masing laku dan punya segmen pembeli masing – masing. Rizki kita sudah ada jatahnya . Dia tergantung diatas langit menunggu kita untuk mengambilnya.
Yang sudah menemukan cara mengambilnya mereka bisa merasakan.  Subhanallah, rizki tak ada habisnya. Semakin bertambah dan bertambah. Tapi yang belum menemukan jalannya, rizki itu seakan jauuuh tak teraih.
Jualan adalah salah satu jalan mengambil rizki yang tergantung tersebut.  Jangan khawatir tidak laku karena tiap tiap produk ada jodohnya. Dan jangan merasa jika diantara kita semua jadi pedagang produk kita tidak akan ada yang membeli. Manusia adalah mahkluk sosial yang saling membutuhkan. Jadikanlah sesama pedagang itu adalah patner kerjasama yang saling menguntungkan dan membutuhkan .
 Pedagang baju mereka tetap butuh obat. Pedagang obat membutuhkan baju. Pedagang baju dan obat membutuhkan pedagang handphone. Pedagang baju , obat  dan handphone membutuhkan makanan yang baik dan nutrisi sehat. Produsen membutuhkan pasukan reseller, reseller menemukan para konsumen. Konsumen membutuhkan inovasi dari produsen produsen yang kreatif. Sinergi saling membutuhkan dan menguntungkan dan roda ekonomi akan berputar.
Masih menunggu berapa lama? Segera bangun dan bergerak .  Semua orang bisa menjual dan apapun bisa dijual. Media jualan makin menarik dan target pasarpun masih sangat luas.  “ ayo , jualan ! “  untuk menjemput rizki kita yang sudah tergantung  dan disediakan di langit dan di bumi .
By Dyah Andari ( spirit dari Training Menulis Muslimah, Ayo, nulis )


.







Mubes BDS: Menyusun kerja dakwah BDS & soliditas internal. BDS (30/08/2015). Kebaikan yang tidak ditata dengan baik akan mudah dikalahkan oleh kejahatan yang tertata rapi. Itulah salah satu semangat BDS untuk menggelar Musyawarah Besar pembahasan Program Kerja BDS kedepan. Mubes ini juga menjadi forum sinkronisasi dan membangun soliditas internal supaya kerja dakwah BDS lebih efektif dan menjangkau sekmen dakwah yang lebih luas lagi.

Mubes dilaksanakan pada hari Ahad (30/08) di RM. Sidoroso Gemolong dipimpin oleh dr. Dwi Anton Budhi Cahyono selaku Ketua BDS dan dihadiri oleh Pengurus BDS dari seluruh divisi. Mubes sehari penuh yang dimulai pukul 08.00 s/d 15.00 ini menghasilkan beberapa point diantaranya:
1. Penguatan struktur BDS dengan memperbaiki struktur kepengurusan;
2. Penyusunan program kerja jangka pendek;
3. Pembagian divisi menjadi:
    - Divisi Dakwah Multimedia
    - Divisi Pemberantasan Buta Al Qur'an
    - Divisi Kajian dan Dakwah
    - Divisi Internal Organisasi
4. Penguatan fungsi Litbang;
5. Menyepakati program kerja jangka pendek yang menjadi prioritan yaitu:
    a. Kajian Rutin Senin Malam
        Senin Pekan ke-1 bersama Ust. Tri Asmoro Kurniawan membahas tema Keluarga Sakinah
        Senin Pekan ke-3 bersama Ust. Abu Fatiah Al Adnani membahas tema Akhir Zaman
        Kajian rutin ini dilaksanakan di Masjid Al Ikhlas Gemolong (Selatan RSUD dr. Soeratno Gemolong) jam 20.00 WIB
    b. Kajian Menjelang Idul Adha
        Direncakanan dilaksanakan pada hari Ahad, 13 September 2015 di Masjid Baitussalam
Gemolong pada jam 06.30 WIB, bersama Ust. Imtihan membahas tema Udhiyah (Berqurban)
    c. Training Jurnalisme Islam
        Training Jurnalisme Islam direncanakan pada bulan Oktober 2015 dengan sekmen aktifis masjid
dan rohis sekolah
    d. Program pemberantasai buta huruf Al Qur'an
        Program kajian membaca & memperbaiki bacaan Al Qur'an bagi remaja, bapak-bapak maupun
ibu-ibu.
    e. Kajian Remaja
        Kajian Remaja direncanakan bulan Desember 2015

Semoga agenda dakwah yang direncanakan oleh BDS mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaannya dari Allah azza wa jalla dan dapat melayani ummat lebih baik lagi. (@Edysut)




 

Bukan Panggilan Biasa
Kita Sering Mendengar- setiap hari, selama lima kali kaum muslimin mendengar seruan adzan yang berkumandang di masjid-masjid. Adzan ini memberitahukan telah masuknya waktu shalat agar manusia-manusia yang tengah sibuk dengan pekerjaannya istirahat sejenak memenuhi seruan Allah ‘azza wajalla. Demikian pula, yang tengah terlelap tidur menjadi terbangun lantas berwudhu dan mengenakan pakaian terbaiknya untuk menunaikan shalat berjama’ah.Ia menyadari bahwa Allah memberikan banyak nikmat termasuk mampu mendengar dan merasakan nikmatnya suara adzan, kemudian merealisasikannya dengan mendatanginya walaupun ia harus merangkak.

Berangkat dari sebuah kisah sahabat yang ingin meminta ijin tidak shalat jama’ah di masjid karena ia buta dan susah pergi ke masjidnya. Dialah Abdullah bin Ummi Maktum. Dia pun menghadap menemui Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam berkata,”Wahai Rasulullah, aku tidak punya orang yang menuntunku ke masjid. Lalu ia meminta keringanan untuk diperbolehkan mengerjakan shalat dirumah. Rasulullah pun mengijinkan. Ketika orang itu pamitan, beliau memanggilnya, ”Apakah kamu mendengar seruan untuk shalat (adzan)? Laki-laki itu menjawab, Ya.” Jika demikian jawablah (dengan mendatangi) seruan itu! Sabda Rasulullah.

TIDAK AKAN MERUGIKAN
            Kita perhatikan dan alami sesungguhnya hanya sebentar, ketika kita melaksanakan shalat dimulai dari dikumandangkan adzan. Mungkin sayang waktu yang sangat sebentar tersebuat bersamaan rejeki yang akan didapat, namunkita tidak akan pernah mengetahui kalau  Allah kasih yang lebih baik dan banyak, manusia tidak bisa bermatematika dengan Allah. Karena bisa saja malah terjadi sebaliknya. Sesuatu yang diangan-angan dalam usaha doa dan tawakkal, tidak selamanya akan sama dengan kenyataan takdir yang Allah berikan kepada hambanya.

TANDA KEIMANAN DAN KEMENANGAN
Mereka yang berhak mendapatkan pertolongan Allah itu bukan sekedar mampu mengerjakan kewajiban-kewajiban tersebut dalam kondisi yang biasa-biasa saja. Yang Allah katakan adalah orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, mereka melakukan itu semua. Sebelum kita membahas tentang empat hal itu, mari kita perhatikan prasyaratnya. Melakukan sholat, zakat, dan tetap memperjuangkan kebenaran dalam kondisi berkuasa dan memiliki posisi, ternyata tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Betapa banyak orang-orang yang jika disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaannya mereka menawar kedisiplinan dalam sholat. Dengan mudah meninggalkan shalat jamaah dengan berbagai alasan.Mari bersama-sama kita renungi hadits berikut:
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ  رواه البخاري
“Dari Anas dari Rasulullah Shollalloohu Alaihi Wasallam beliau berkata: Luruskan shaf-shaf kalian karena lurusnya shaf adalah bagian dari pendirian shalat.” (HR al-Bukhari)
Beliau mengatakan bahwa meluruskan shof adalah bagian dari mendirikan sholat. Kita telah mengetahui bahwa mengerjakan sholat tidak sama dengan mendirikan sholat. Yang dituntut dari kita adalah mendirikan sholat. Kalau meluruskan barisan sholat saja merupakan bagian dari mendirikan sholat, tentu saja tidak mungkin kita mendirikan sholat jika tidak ada shofnya. Artinya sholat yang tegak adalah sholat berjamaah. Menurutayat 41 surat al-Hajj, bahwa syarat pertama orang-orang yang Allah tolong adalah mereka tetap disiplin sholat berjamaah bagaimanapun sibuknya.
Kalau kita berkaca pada sejarah Islam kita dapat temukan bahwa mereka yang berhasil mengangkat panji-panji Islam di berbagai peperangan adalah orang-orang yang disiplin dalam shalat berjamaah. Ambil contoh misalnya Muhammad al-Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel ibukota Bizantium. Diriwayatkan bahwa setelah beliau memasuki kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) mereka sholat berjamaah. Sebelumnya Muhammad al-Fatih bertanya, “Siapa di antara pasukan Islam ini yang sejak baligh sampai sekarang ini belum pernah tertinggal shalat Shubuh berjamaah? Supaya dia maju menjadi imam.” Tidak ada yang menjawab. Sampai akhirnya beliau sendiri berkata, “Alhamdulillah yang telah menjadikan saya sejak baligh sampai sekarang belum pernah meninggalkan sholat shubuh berjamaah.”
Pada masa kini juga kita dapatkan contoh yang sama. Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah yang terpilih dalam jejak pendapat Islam OnLine sebagai pemimpin Islam terbaik, juga bukan hanya disiplin sholat jamaah. Bahkan beliau adalah imam mesjid yang mengimami shalat tarawih sepanjang Ramadhan tahun lalu. Dan bacaan beliau dikenal begitu menyentuh sehingga jamaah khusyu’ dan banyak yang menangis tersentuh bacaan al-Qur’an beliau.
Pada sisi lain kita temukan bahwa fenomena futur(berhenti) dalam sholat juga adalah indicator/ciri utama degradasi(penurunan) dalam peralihan generasi. Allah Subhaanahu Wa Ta’alaberfirman:”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS Maryam: 59)
Ayat tersebut bercerita tentang generasi yang melanjutkan generasi-generasi pilihan yang Allah ceritakan pada ayat 58 sebelumnya, generasi para Nabi dan pengikut-pengikutnya yang setia. Masalah yang dihadapi oleh generasi-generasi teladan adalah mereka tidak dilanjutkan oleh generasi selanjutnya dengan kualitas keimanan yang sama. Allah menyebutkan masalah yang pertama dalam generasi tersebut adalah mereka menyia-nyiakan sholat. Kita bisa lihat bahwa sholat adalah kriteria pertama yang Allah sebut dalam syarat kemenangan, dan juga shalat adalah indicator terpenting yang muncul dalam kemunduran sebuah umat.

BANYAK WAKTU
            Sebenarnya banyak waktu atau kesempatan yang diberikan Allah, tinggal kita yang mengaturnya. Apapun yang kita kerjakan pastilah ada waktu untuk istirahat dan Allah memberikan waktu –waktu  shalat yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia bekerja 24 jam, shalat shubuh di awal pagi  Allah bangunkan manusia dengan badan yang segar dan telah berkurang bahkan hilang kelelahannya siap melakukan aktifitas pagi dengan berbagai kesibukannya masing-masing. Waktu dhuhur, dari pagi sampai siang atau tengah hari adalah waktu yang sangat baik untuk isturahat dan munajat atau dzikir dan doa. Secara kodrat bahwa manusia sangat lemah, maka waktu bekerja atau aktivitas seharian adalah melelahkan pastinya harus istirahat. Waktu Ashar, setelah memulai kegiatan dari siang, mengistirahatkan kembali dengan beberapa waktu. Magrib, hari mulai gelap karena matahari sudah tenggelam dan isya’ adalah puncak kelelahan pada manusia, sehingga waktu magrib sampai isya’ sangat sebentar. Sebelum istirahat panjang sholat isya’ dulu. Masya Allah, begitulah kasih sayang Allah yang tidak akan menyusahkan atau merugikan hambanya. Tinggal kita yang harus pandai memanagement atau mengatur waktu. Maka segeralah mengerjakan dan tiada lagi menunda-nunda, karena itu bukan kesetiaan dan bisa terjerumus pada kelalaian.

SUDAH TIDAK BERGUNA
            Saudaraku ... hidup hanya sekali, hanya hitungan detik, karena kita tidak tahu detik selanjutnya akan ada atau tidak. Ketika semua telah tiada maka tak akan berguna apapun semua yang kita miliki. Ketika tidak melaksanakan shalat adalah sebuah kerugian, jangankan meninggalkan hanya menunda saja sudah dianggap meremehkan dan sebagai pendusta agama. Ibnu Hazm berkata: “Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, kecuali bagi orang yang mengakhirkan shalatnya dari waktu yang sebenarnya, dan juga membunuh seorang mukmin dengan cara yang tidak benar.”Rasulullah Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda: “Jika seseorang shalat pada awal waktunya, maka shalat itu akan naik ke atas langit menyerupai cahaya hingga berhenti di ‘Arsy. Lalu shalat itu memintakan ampun untuk pelakunya hingga hari kiamat sambil mengatakan, ‘Semoga Allah melindungimu, sebagaimana engkau telah menjaga aku. Dan jika seorang shalat di luar waktunya, maka shalatnya itu naik ke atas langit dengan diliputi kegelapan. Kemudian jika telah sampai ke atas langit, lalu dilipatlah shalat orang itu seperti melipat kain yang robek, dan kemudian dipikulkan kepada pelaku shalat tersebut sambil berucap, ‘Semoga Allah mengabaikan kamu sebagaimana engkau telah mengabaikan aku.” (HR. Ath-Thabrani).

KEMBALILAH

Saudaraku .... sudah berapa lama kita meninggalkan sholat berjamaah atau paling tidak melalaikan, dengan alasan kerja, capai sibuk padahal yang memcukupi rezeki kita adalah Allah, semakin hari semakin umur bertambah, kapan akan berubah? Mari berubah sekarang dengan melawan rasa malas dan segan. Mengapa dengan rajinnya engkau bekerja dengan semangat dan tepat waktu, kenapa tidak semangat untuk melangkahkan kakimu ke masjid?
Wahai saudaraku ...Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke MASJID.
Betapa banyak orang yg kaya raya tidak sanggup untuk mengerjakannya. Jangankan sehari lima waktu, seminggu sekali pun terlupa. Tidak jarang pula seumur hidup, tidak pernah singgah
ke sana.
Orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu melakukannya. Walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitasdi Eropa, Australia ataupun Amerika.
Mampu melangkahkan kaki ke Jepang, Cina dan Korea dengan semangat yang membara, namun ke masjid, tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh, walaupun telah bergelar Dr. Filsafat.
Pemuda yang kuat dan bertubuh sehat yg mampu menakluki puncak Gunung Guntur Garut dan Cikuray garut juga Everest pun sering mengeluh ketika diajak ke masjid.

Alasan mereka pun beragam. Ada yang berkata sebentar lagi, ada yg berkata takut dikata alim.

Maka berbahagialah dirimu wahai saudaraku. Bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki ke masjid.
Karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki, tidak ada perjalanan yg paling kami banggakan selain daripada perjalananmu ke masjid.
Biar kuberitahu rahasianya kepadamu. Sejatinya perjalananmu ke masjid adalah perjalanan untuk menemui Allah Rabbmu yang telah menciptakan dan memberikan segalanya. Itulah perjalanan yg diajarkan oleh Nabi serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.Maka lakukanlah walaupun engkau harus merangkak dalam gelap subuh, demi mengenal dan dikenal Robbmu. (SUNOTO, S.Pd.I.)



Training Menulis  Muslimah Bersama Fosigera
Training Menulis  Muslimah Bersama Fosigera
Ahad, 23 Agustus 2015. Hari bersejarah untuk para pemimpi muslimah. Bertempat di sebuah sekolah favorit, ruang khusus bercet biru nuansakan langit dengan puluhan buah karya warna-warni siswa-siswinya. Suasana yang indah untuk pertemuan yang indah, Aula SD IT An-Nuur Gemolong. Training menulis muslimah dengan tema “Aku Berani Menulis Dan Bisa Membuat Blog”. Ijinkan saya, si pengkhayal salah satu peserta dari acara ini, yang mencoba berani menulis dan mengharap bisa jadi penulis untuk melaporkan jalannya kegiatan ini.


FOSIGERA (Forum Silahurahmi Ibu Gemolong Raya) dengan yel-yel “Inspiratif, Berani Mencoba Dan Bisa!”, Mempercayakan jabatan ketua training kepada dr. Dyah andari dari eMHa Clinic and Herbal Ketro, Tanon. Kemudian Ketua FOSIGERA ibu Ika Agustina dari TPQ Al-Fatah Hadiluwih, Sumberlawang, beserta ibu-ibu soleha anggota FOSIGERA lainnya, membuat sebuah kegiatan positif, dengan kerja aktif untuk mencari muslimah kreatif melalui menulis dan blog. Target peserta dari panitia adalah sebanyak 50 orang. Saat pendaftaran dibuka dari bulan juni sampai hari H, terdaftar 44 orang peserta diluar panitia dari berbagai kota daerah gemolong raya. Dengan berbagai usia dan pekerjaan yang beragam. Mulai dari seusia anak SMA sampai ibu-ibu beranak empat. Namun memiliki satu hobi, dan keinginan yang sama yaitu menulis.

Menulis adalah cermin peradaban sebuah bangsa dan salah satu warisan para ulama kata ibu FOSIGERA. Sedang blog adalah simbol apa yang hebat tentang internet (Cameron Barret). Keduanya dipadukan untuk meneruskan warisan para ulama, menggoreskan tinta dengan tulisan-tulisan bermanfaat melalui media modern yaitu blog. Dahulu para ulama menggoreskan tintanya pada keras, batu, tulang, pelepah kurma, bahkan bagian dari tubuhnya sendiri karena kebingungan tak ada tempat lagi untuk menyimpan ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia. Kini, teknologi semakin berkembang. Banyak wadah untuk menampung tulisan. Bukan hanya sekedar ilmu, tapi opini, curahan hati, pengalaman, resep-resep sampai tips untuk membuat sesuatu pun bisa ditulis di media apa saja yang kamu suka.

Training muslimah bersama FOSIGERA ini, menghadirkan dua pembicara dari club menulis Surakarta. Pertama beliau adalah bunda Rica Novanti dengan nama penanya Islahun Nisa. Pengisi materi satu bertajuk “ Menghidupkan kembali Tradisi Menulis Sebagai Warisan Para Ulama”. Penulis buku Muslimah Cantik Luar Dalam ini, menuturkan bahwa Sejarah umat islam itu hanya diwarnai dengan dua warna, hitam pena ulama dan merah darah syuhada. Kedua beliau adalah Bunda Laila TM, bukan Talk Mania melainkan Tri Muria. Pengisi Materi dua bertajuk “ Aku Berani dan Bisa Menulis “. Ada seuntai kata di kutip dari seorang penulis terkenal tere liye. Menulis itu ada dua cara. Satu, menulis itu gak ada aturannya. Dua, kalau menulis itu ada aturannya, maka kembali lagi kepada cara yang pertama. Disetiap kesempatanpun beliau selalu mengatakan ini, kalau mereka bilang ayo kerja, kalau saya ayo nulis.

Acara Training menulis muslimah, memiliki beberapa kegiatan pendukung. kegiatan pertama penyampaian materi seputar menulis yang disampaikan oleh penulis-penulis hebat. Ada praktek langsung pembuatan blog oleh para peserta dibantu oleh pembicara beserta segenap panitia. Dilengkapi wifi sebagai fasilitas. Kemudian ada kegiatan tanya jawab.  Dua pertanyaan disampaikan oleh dua peserta dan pertanyaan itu mewakili tanda Tanya kami dalam hal menulis. Bagaimana kalau tulisan yang kita tulis itu salah? Adakah tips-tips cara memulai untuk bisa menulis? Jawabnya pun mudah. Jangan takut salah, mintalah teman atau orang terdekatmu untuk membaca tulisanmu kemudian mintalah pendapatnya atau cari reverensi sumber-sumber yang berhubungan dengan tulisanmu. Tak ada tips khusus untuk bisa menulis, yang penting tulis saja. Banyak ide disekitar kita, begita tutur beliau. Setelah itu ada praktek menulis. Pembicara menyajikan gambar dan kami para peserta mengomentari dan dituangkan dalam sebuah tulisan sesuai pemikiran dan gaya bahasa kami. Kegiatan terakhir yang tak kalah menarik adalah pembagian doorprice.

Acara demi acara terlewati dengan baik dan lancar. Kata-kata mutiara penuh makna banyak terlontar. Pembicara yang manis lagi baik hati, dengan sabar dan semangatnya mencoba memotivasi kami. Mereka selalu mengatakan kalau menulis itu tidak perlu bakat. Menulis itu tidak perlu mood. Menulis itu tidak harus menunggu ide datang. Semua hal yang ada di sekitar kita bisa dijadikan bahan untuk menulis. Hal-hal yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-haripun bisa kita angkat dan kita catat sesuai dengan cara pandang kita. Jangan ragu karena manusia pasti punya potensi.

Target acara ini adalah menggali potensi menulis dan penguasaan media informasi bagi muslimah digemolong raya sebagai bentuk peran aktif di masyarakat. Ada banyak penulis diluar sana, tapi sedikit penulis yang mengerjakan tulisannya dengan potensinya sendiri. Seperti mengkopi paste tulisan-tulisan yang sudah ada. Perilaku ini bukan hal yang aneh lagi di masyarakat bahkan sudah menjadi hal yang biasa dan dianggap wajar. Padahal ini sama saja dengan membajak karya orang lain dan membuktikan semakin miskinnya penulis yang benar-benar telah menulis.

Kenapa harus menulis? Begitu banyak alasannya. Beberapa diantaranya adalah karena menulis adalah ibadah. Karena menulis mengikat ilmu yang akan selalu diingat dan tertanam dikepala. Karena menulis adalah amar ma’ruf nahi munkar dan karena menulis dapat meneguhkan keimanan manusia. Just write it, tulis saja apa yang ingin kamu tulis.  Jadi, mulailah menulis!! Segeralah menulis!! Bismillah.. Saya Aryani Tera Sari, dari depan layar lepi melaporkan.




Semarak Ramadhan BDS dengan Kajian Keluarga. BDS (03/07) - Ramadhan tahun 1436 H kali ini Balai Dakwah Sragen menambah suasana ramadhan menjadi lebih bersemangat dengan mengadakan kajian keluarga bersama Ustadz Tri Asmara kurniawan. Seorang ustadz solo yang sudah lama menekuni di bidang "keluarga Islam". Meski persiapan yang dilakukan cukup singkat , namun Alhamdulillah acara berlangsung cukup meriah dan bisa menghadirkan banyak peserta. Setelah melewati separuh dari bulan Ramadhan yang khusuk dengan ibadah tarawih, tilawah Al Quran, kali ini peserta disuguhi dengan kajian menarik yang mengupas berbagai sisi dari keluarga. Ada beberapa masalah yang muncul dalam keluarga dan susah mencari solusinya ternyata bisa mendapat pencerahan setelah mengikuti kajian keluarga ini.



Kajian Kelurga oleh Balai Dakwah Sragen ini dilaksanakan di Masjid Al Ikhlash gemolong dan bekerjasama dengan takmir pada hari jum'at malam bada shalat tarawih. Dukungan yang cukup luas terhadap BDS dari Masyarakat sekitar terhadap acara ini makin mendorong BDS untuk bisa melakukan program-program yang lain yang lebih bisa bermanfaat kepada masyarakat luas. 
Semaraknya Training Dai Ramadhan Tanon 31 Mei 2015. BDS (13/06) - Alhamdulilah akhirnya pelaksanaan Training Dai Ramadhan  telah terlaksana. Acara berlangsung pada tanggal 31 Mei 2015. Meski sempat mau bertabrakaan dengan acara "mantennan" yang berada dekat lokasi akhirnya acara ngantenannya tidak jadi (mungkin karena merasa tidak enak). Acara TDR ini diselenggarakan atas inisiasi BDS balai Dakwah Sragen terutama sebagai EO utamanya. Bekerjasama dengan Takmir Masjid Gabugan, Badko Tanon, dan menggandeng juga KUA Tanon.


Kata Sambutan dilakukan oleh PJ kepala Desa Gabugan yang memberikan apresiasi terhadap acara ini dan mengharapkan bisa dilakukan secara periodik setiap tahun. sambutan kedua Ketua takmir Masjid Attaqwa yang berharap nanti hasil pelatiahan ini bisa diterpkan terutama pada kultum ramadhan di waktu dekat ini khususnya. Dan kedepannya untuk dakwah secara lebih luas. Sementara rencana sambutan yang ketiga dari ketua BDS urung dilakukan, karena MC nya ternyata lupa sehingga terlewatkan.  
Training Dai ini mengahadirkan pembicara yang cukup kompeten di bidangnya. Bapak Ustadz Dr. Nursalim mengisi tentang Fiqh Dakwah. Materi yang cukup ditekankan mengenai  pentingnya penggunaan teknologi dalam mempercepat perkembangan dakwah. Berbagai macam kemajuan teknologi juga harus bisa memanfaatkan untuk membuat bahan untuk dakwah dengan lebih cepat, namun tetap mempertahankan esensinya.
Semetara Ustadz Taufiqurrahman memberikan materi menejemen dakwah. Petualang dai dari Masaran Ini juga memberikan motivasi bagaimana dakwah yang diemban selalu akan menemui tantangan. Namun tantangan ini justru harus membuat untuk selalu meningkatkan kemampuan dai sehingga bisa mengantisipasi. Sehingga menejemen dakwah menjadi hal yang senantiasa harua terus diterapkan demi mendapatkan hasil yang bisa maksimal.

Sebagai pemateri terakhir adalah Ust. Abdurrahman Annajah dai kondang di Gemolong Raya. Kepala SMP Al Qolam ini membawakan materi yang cukup membuat suasana agak meriah. Dengan menampilkan beberapa video diskripsi dengan suara-suara yang keras, cukup menghalangi peserta training dari rasa kantuk di siang hari. Materi retorika, penguasaan panggung dan berbagai macam teknik tampil di depan mimbar membuat peserta menjadi lebih serius mendengarkannya. Karena inilah masalah yang banyak ditemukan para peserta ketika naik mimbar. Dengan diakhiri simulasi dan doorprise menambah semarak suasana training.

Sekitar jam 14.30 acara selesasai. Peserta yang hadir berjumlah 60 an dan buku kultum ramadhan sebagai salah satu materi terjual 70 an. Mudah mudahan acara ini bisa diselenggarakan periodik sesuai pesannya perangkat desa gabugan . Amin
Aksi Solidaritas Muslim Solo Untuk Rohingya. BDS (22/05) - Ratusan orang menggelar aksi damai di Vihara Maitreya Muni di Kepunton Jebres Solo, Jumat 22 Mei 2015 siang ini , aksi ini dimulai setelah melakukan jamaah sholat jum’at, mereka memberikan dukungan adanya perdamaian bagi suku Rohingya di Myanmar.

Pengunjuk rasa tersebut melakukan orasi yang intinya memberikan dukungan aksi perdamaian bagi suku Rohingya, dan sebagai wujud solidaritas terhadap saudara muslim rohingnya yang merupakan warga muslim yang se akidah.

Menurut koordinator aksi , orasi di depan Vihara Maitreya Muni di Kepunton Jebres Solo ini adalah untuk memberikan preasure terhadap para penganut agama budha di Solo pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Dalam aksi damai ini banyak dibentagkan spanduk dan tulisn yang berisi pesan untuk menghentikan kekerasan terhadap suku etnis Rohingya baik di Myanmar maupun di Bangladesh yang dilakukan oleh para biksu agama Budha yang merupakan mayoritas didaerah tersebut.

Setelah berorasi didepan Vihara Maitreya Muni di Kepunton Jebres Solo mereka tidak langsung membubarkan diri, melainkan mereka langsung menuju ke Vihara di Pucangsawit solo untuk menggelar aksi yang sama di Vihara tersebut.
Asuransi Terbaik. BDS (20/05) - Bukti cinta orang tua sepanjang jalan adalah mereka memikirkan masa depan anaknya. Mereka tidak ingin anak-anak kelak hidup dalam kesulitan. Persiapan harta pun dipikirkan masak-masak dan maksimal.

Para orang tua sudah ada yang menyiapkan tabungan, asuransi bahkan perusahaan. Rumah pun telah dibangunkan, terhitung sejumlah anak-anaknya. Ada juga yang masih bingung mencari-cari bentuk penyiapan masa depan terbaik. Ada yang sedang memilih perusahaan asuransi yang paling aman dan menjanjikan. Tetapi ada juga yang tak tahu harus berbuat apa karena ekonomi hariannya pun pas-pasan bahkan mungkin kurang.
Bagi yang telah menyiapkan tabungan dan asuransi, titik terpenting yang harus diingatkan adalah jangan sampai kehilangan Allah. Hitungan detail tentang biaya masa depan tidak boleh menghilangkan Allah yang Maha Tahu tentang masa depan. Karena efeknya sangat buruk. Kehilangan keberkahan. Jika keberkahan sirna, harta yang banyak tak memberi manfaat kebaikan sama sekali bagi anak-anak kita.

Lihatlah kisah berikut ini:
Dalam buku Alfu Qishshoh wa Qishshoh oleh Hani Al Hajj dibandingkan tentang dua khalifah di jaman Dinasti Bani Umayyah: Hisyam bin Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz. Keduanya sama-sama meninggalkan 11 anak, laki-laki dan perempuan. Tapi bedanya, Hisyam bin Abdul Malik meninggalkan jatah warisan bagi anak-anak laki masing-masing mendapatkan 1 juta Dinar. Sementara anak-anak laki Umar bin Abdul Aziz hanya mendapatkan setengah dinar.

Dengan peninggalan melimpah dari Hisyam bin Abdul Malik untuk semua anak-anaknya ternyata tidak membawa kebaikan. Semua anak-anak Hisyam sepeninggalnya hidup dalam keadaan miskin. Sementara anak-anak Umar bin Abdul Aziz tanpa terkecuali hidup dalam keadaan kaya, bahkan seorang di antara mereka menyumbang fi sabilillah untuk menyiapkan kuda dan perbekalan bagi 100.000  pasukan penunggang kuda.
Apa yang membedakan keduanya? KEBERKAHAN.

Kisah ini semoga bisa mengingatkan kita akan bahayanya harta banyak yang disiapkan untuk masa depan anak-anak tetapi kehilangan keberkahan. 1 juta dinar (hari ini sekitar Rp 2.000.000.000.000,-) tak bisa sekadar untuk berkecukupan apalagi bahagia. Bahkan mengantarkan mereka menuju kefakiran.

Melihat kisah tersebut kita juga belajar bahwa tak terlalu penting berapa yang kita tinggalkan untuk anak-anak kita. Mungkin hanya setengah dinar (hari ini sekitar Rp 1.000.000,-) untuk satu anak kita. Tapi yang sedikit itu membaur dengan keberkahan. Ia akan menjadi modal berharga untuk kebesaran dan kecukupan mereka kelak. Lebih dari itu, membuat mereka menjadi shalih dengan harta itu.

Maka ini hiburan bagi yang hanya sedikit peninggalannya.
Bahkan berikut ini menghibur sekaligus mengajarkan bagi mereka yang tak punya peninggalan harta. Tentu sekaligus bagi yang banyak peninggalannya.

Bacalah dua ayat ini dan rasakan kenyamanannya,
Ayat yang pertama,

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (Qs. Al Kahfi: 82)

Ayat ini mengisahkan tentang anak yatim yang hartanya masih terus dijaga Allah, bahkan Allah kirimkan orang shalih yang membangunkan rumahnya yang nyaris roboh dengan gratis. Semua penjagaan Allah itu sebabnya adalah keshalihan ayahnya saat masih hidup.
Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan,
“Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada dirinya dan pada anaknya walaupun mereka jauh darinya. Telah diriwayatkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada tujuh keturunannya.”
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menukil kalimat Hannadah binti Malik Asy Syaibaniyyah,

“Disebutkan bahwa kedua (anak yatim itu) dijaga karena kesholehan ayahnya. Tidak disebutkan kesholehan keduanya. Antara keduanya dan ayah yang disebutkan keshalihan adalah 7 turunan. Pekerjaannya dulu adalah tukang tenun.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menerangkan,

“Kalimat: (dahulu ayah keduanya orang yang sholeh) menunjukkan bahwa seorang yang shalih akan dijaga keturunannya. Keberkahan ibadahnya akan melingkupi mereka di dunia dan akhirat dengan syafaat bagi mereka, diangkatnya derajat pada derajat tertinggi di surga, agar ia senang bisa melihat mereka, sebagaimana dalam Al Quran dan Hadits. Said bin Jubair berkata dari Ibnu Abbas: kedua anak itu dijaga karena keshalihan ayah mereka. Dan tidak disebutkan kesholehan mereka. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ia adalah ayahnya jauh. Wallahu A’lam

Ayat yang kedua,
“Sesungguhnya pelindungku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Qs. Al A’raf: 196)
Ayat ini mengirimkan keyakinan pada orang beriman bahwa Allah yang kuasa menurunkan al Kitab sebagai bukti rahmatNya bagi makhlukNya, Dia pula yang akan mengurusi, menjaga dan menolong orang-orang shalih dengan kuasa dan rahmatNya. Sekuat inilah seharusnya keyakinan kita sebagai orang beriman. Termasuk keyakinan kita terhadap anak-anak kita sepeninggal kita.

Untuk lebih jelas, kisah orang mulia berikut ini mengajarkan aplikasinya.
Ketika Umar bin Abdul Aziz telah dekat dengan kematian, datanglah Maslamah bin Abdul Malik. Ia berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, engkau telah mengosongkan mulut-mulut anakmu dari harta ini. Andai anda mewasiatkan mereka kepadaku atau orang-orang sepertiku dari masyarakatmu, mereka akan mencukupi kebutuhan mereka.”
Ketika Umar mendengar kalimat ini ia berkata, “Dudukkan saya!”
Mereka pun mendudukkannya.

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Aku telah mendengar ucapanmu, wahai Maslamah. Adapun perkataanmu bahwa aku telah mengosongkan mulut-mulut anakku dari harta ini, demi Allah aku tidak pernah mendzalimi hak mereka dan aku tidak mungkin memberikan mereka sesuatu yang merupakan hak orang lain. Adapun perkataanmu
tentang wasiat, maka wasiatku tentang mereka adalah. Anaknya Umar satu dari dua jenis: shalih maka Allah akan mencukupinya atau tidak sholeh maka aku tidak mau menjadi orang pertama yang membantunya dengan harta untuk maksiat kepada Allah.” (Umar ibn Abdil Aziz Ma’alim At Tajdid wal Ishlah, Ali Muhammad Ash Shalaby)

Begitulah ayat bekerja pada keyakinan seorang Umar bin Abdul Aziz. Ia yang telah yakin mendidik anaknya menjadi shalih, walau hanya setengah dinar hak anak laki-laki dan seperempat dinar hak anak perempuan, tetapi dia yakin pasti Allah yang mengurusi, menjaga dan menolong anak-anak sepeninggalnya. Dan kisah di atas telah menunjukkan bahwa keyakinannya itu benar.

Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang khalifah besar yang berhasil memakmurkan masyarakat besarnya. Tentu dia juga berhak untuk makmur seperti masyarakatnya. Minimal sama, atau bahkan ia punya hak lebih sebagai pemimpin mereka. Tetapi ternyata ia tidak meninggalkan banyak harta. Tak ada tabungan yang cukup. Tak ada usaha yang mapan. Tak ada asuransi seperti hari ini.

Tapi tidak ada sedikit pun kekhawatiran. Tidak tersirat secuil pun rasa takut. Karena yang disyaratkan ayat telah ia penuhi. Ya, anak-anak yang shalih hasil didikannya.
Maka izinkan kita ambil kesimpulannya:

Bagi yang mau meninggalkan jaminan masa depan anaknya berupa tabungan, asuransi atau perusahaan, simpankan untuk anak-anak dari harta yang tak diragukan kehalalannya.
Hati-hati bersandar pada harta dan hitung-hitungan belaka. Dan lupa akan Allah yang Maha Mengetahui yang akan terjadi.

Jaminan yang paling berharga –bagi yang berharta ataupun yang tidak-, yang akan menjamin masa depan anak-anak adalah: keshalihan para ayah dan keshalihan anak-anak.
Dengan keshalihan ayah, mereka dijaga.

Dan dengan keshalihan anak-anak, mereka akan diurusi, dijaga, dan ditolong Allah. Semoga Bermanfaat
Ditulis oleh Budi Ashari