|
Bukan Panggilan Biasa |
Kita Sering Mendengar- setiap hari, selama lima kali kaum muslimin mendengar seruan adzan yang berkumandang di masjid-masjid. Adzan ini memberitahukan telah masuknya waktu shalat agar manusia-manusia yang tengah sibuk dengan pekerjaannya istirahat sejenak memenuhi seruan Allah ‘azza wajalla. Demikian pula, yang tengah terlelap tidur menjadi terbangun lantas berwudhu dan mengenakan pakaian terbaiknya untuk menunaikan shalat berjama’ah.Ia menyadari bahwa Allah memberikan banyak nikmat termasuk mampu mendengar dan merasakan nikmatnya suara adzan, kemudian merealisasikannya dengan mendatanginya walaupun ia harus merangkak.
Berangkat dari sebuah kisah sahabat yang ingin meminta ijin tidak shalat jama’ah di masjid karena ia buta dan susah pergi ke masjidnya. Dialah Abdullah bin Ummi Maktum. Dia pun menghadap menemui Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam berkata,”Wahai Rasulullah, aku tidak punya orang yang menuntunku ke masjid. Lalu ia meminta keringanan untuk diperbolehkan mengerjakan shalat dirumah. Rasulullah pun mengijinkan. Ketika orang itu pamitan, beliau memanggilnya, ”Apakah kamu mendengar seruan untuk shalat (adzan)? Laki-laki itu menjawab, Ya.” Jika demikian jawablah (dengan mendatangi) seruan itu! Sabda Rasulullah.
TIDAK AKAN MERUGIKAN
Kita perhatikan dan alami sesungguhnya hanya sebentar, ketika kita melaksanakan shalat dimulai dari dikumandangkan adzan. Mungkin sayang waktu yang sangat sebentar tersebuat bersamaan rejeki yang akan didapat, namunkita tidak akan pernah mengetahui kalau Allah kasih yang lebih baik dan banyak, manusia tidak bisa bermatematika dengan Allah. Karena bisa saja malah terjadi sebaliknya. Sesuatu yang diangan-angan dalam usaha doa dan tawakkal, tidak selamanya akan sama dengan kenyataan takdir yang Allah berikan kepada hambanya.
TANDA KEIMANAN DAN KEMENANGAN
Mereka yang berhak mendapatkan pertolongan Allah itu bukan sekedar mampu mengerjakan kewajiban-kewajiban tersebut dalam kondisi yang biasa-biasa saja. Yang Allah katakan adalah orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, mereka melakukan itu semua. Sebelum kita membahas tentang empat hal itu, mari kita perhatikan prasyaratnya. Melakukan sholat, zakat, dan tetap memperjuangkan kebenaran dalam kondisi berkuasa dan memiliki posisi, ternyata tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Betapa banyak orang-orang yang jika disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaannya mereka menawar kedisiplinan dalam sholat. Dengan mudah meninggalkan shalat jamaah dengan berbagai alasan.Mari bersama-sama kita renungi hadits berikut:
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ رواه البخاري
“Dari Anas dari Rasulullah Shollalloohu Alaihi Wasallam beliau berkata: Luruskan shaf-shaf kalian karena lurusnya shaf adalah bagian dari pendirian shalat.” (HR al-Bukhari)
Beliau mengatakan bahwa meluruskan shof adalah bagian dari mendirikan sholat. Kita telah mengetahui bahwa mengerjakan sholat tidak sama dengan mendirikan sholat. Yang dituntut dari kita adalah mendirikan sholat. Kalau meluruskan barisan sholat saja merupakan bagian dari mendirikan sholat, tentu saja tidak mungkin kita mendirikan sholat jika tidak ada shofnya. Artinya sholat yang tegak adalah sholat berjamaah. Menurutayat 41 surat al-Hajj, bahwa syarat pertama orang-orang yang Allah tolong adalah mereka tetap disiplin sholat berjamaah bagaimanapun sibuknya.
Kalau kita berkaca pada sejarah Islam kita dapat temukan bahwa mereka yang berhasil mengangkat panji-panji Islam di berbagai peperangan adalah orang-orang yang disiplin dalam shalat berjamaah. Ambil contoh misalnya Muhammad al-Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel ibukota Bizantium. Diriwayatkan bahwa setelah beliau memasuki kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) mereka sholat berjamaah. Sebelumnya Muhammad al-Fatih bertanya, “Siapa di antara pasukan Islam ini yang sejak baligh sampai sekarang ini belum pernah tertinggal shalat Shubuh berjamaah? Supaya dia maju menjadi imam.” Tidak ada yang menjawab. Sampai akhirnya beliau sendiri berkata, “Alhamdulillah yang telah menjadikan saya sejak baligh sampai sekarang belum pernah meninggalkan sholat shubuh berjamaah.”
Pada masa kini juga kita dapatkan contoh yang sama. Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah yang terpilih dalam jejak pendapat Islam OnLine sebagai pemimpin Islam terbaik, juga bukan hanya disiplin sholat jamaah. Bahkan beliau adalah imam mesjid yang mengimami shalat tarawih sepanjang Ramadhan tahun lalu. Dan bacaan beliau dikenal begitu menyentuh sehingga jamaah khusyu’ dan banyak yang menangis tersentuh bacaan al-Qur’an beliau.
Pada sisi lain kita temukan bahwa fenomena futur(berhenti) dalam sholat juga adalah indicator/ciri utama degradasi(penurunan) dalam peralihan generasi. Allah Subhaanahu Wa Ta’alaberfirman:”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS Maryam: 59)
Ayat tersebut bercerita tentang generasi yang melanjutkan generasi-generasi pilihan yang Allah ceritakan pada ayat 58 sebelumnya, generasi para Nabi dan pengikut-pengikutnya yang setia. Masalah yang dihadapi oleh generasi-generasi teladan adalah mereka tidak dilanjutkan oleh generasi selanjutnya dengan kualitas keimanan yang sama. Allah menyebutkan masalah yang pertama dalam generasi tersebut adalah mereka menyia-nyiakan sholat. Kita bisa lihat bahwa sholat adalah kriteria pertama yang Allah sebut dalam syarat kemenangan, dan juga shalat adalah indicator terpenting yang muncul dalam kemunduran sebuah umat.
BANYAK WAKTU
Sebenarnya banyak waktu atau kesempatan yang diberikan Allah, tinggal kita yang mengaturnya. Apapun yang kita kerjakan pastilah ada waktu untuk istirahat dan Allah memberikan waktu –waktu shalat yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia bekerja 24 jam, shalat shubuh di awal pagi Allah bangunkan manusia dengan badan yang segar dan telah berkurang bahkan hilang kelelahannya siap melakukan aktifitas pagi dengan berbagai kesibukannya masing-masing. Waktu dhuhur, dari pagi sampai siang atau tengah hari adalah waktu yang sangat baik untuk isturahat dan munajat atau dzikir dan doa. Secara kodrat bahwa manusia sangat lemah, maka waktu bekerja atau aktivitas seharian adalah melelahkan pastinya harus istirahat. Waktu Ashar, setelah memulai kegiatan dari siang, mengistirahatkan kembali dengan beberapa waktu. Magrib, hari mulai gelap karena matahari sudah tenggelam dan isya’ adalah puncak kelelahan pada manusia, sehingga waktu magrib sampai isya’ sangat sebentar. Sebelum istirahat panjang sholat isya’ dulu. Masya Allah, begitulah kasih sayang Allah yang tidak akan menyusahkan atau merugikan hambanya. Tinggal kita yang harus pandai memanagement atau mengatur waktu. Maka segeralah mengerjakan dan tiada lagi menunda-nunda, karena itu bukan kesetiaan dan bisa terjerumus pada kelalaian.
SUDAH TIDAK BERGUNA
Saudaraku ... hidup hanya sekali, hanya hitungan detik, karena kita tidak tahu detik selanjutnya akan ada atau tidak. Ketika semua telah tiada maka tak akan berguna apapun semua yang kita miliki. Ketika tidak melaksanakan shalat adalah sebuah kerugian, jangankan meninggalkan hanya menunda saja sudah dianggap meremehkan dan sebagai pendusta agama. Ibnu Hazm berkata: “Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, kecuali bagi orang yang mengakhirkan shalatnya dari waktu yang sebenarnya, dan juga membunuh seorang mukmin dengan cara yang tidak benar.”Rasulullah Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda: “Jika seseorang shalat pada awal waktunya, maka shalat itu akan naik ke atas langit menyerupai cahaya hingga berhenti di ‘Arsy. Lalu shalat itu memintakan ampun untuk pelakunya hingga hari kiamat sambil mengatakan, ‘Semoga Allah melindungimu, sebagaimana engkau telah menjaga aku. Dan jika seorang shalat di luar waktunya, maka shalatnya itu naik ke atas langit dengan diliputi kegelapan. Kemudian jika telah sampai ke atas langit, lalu dilipatlah shalat orang itu seperti melipat kain yang robek, dan kemudian dipikulkan kepada pelaku shalat tersebut sambil berucap, ‘Semoga Allah mengabaikan kamu sebagaimana engkau telah mengabaikan aku.” (HR. Ath-Thabrani).
KEMBALILAH
Saudaraku .... sudah berapa lama kita meninggalkan sholat berjamaah atau paling tidak melalaikan, dengan alasan kerja, capai sibuk padahal yang memcukupi rezeki kita adalah Allah, semakin hari semakin umur bertambah, kapan akan berubah? Mari berubah sekarang dengan melawan rasa malas dan segan. Mengapa dengan rajinnya engkau bekerja dengan semangat dan tepat waktu, kenapa tidak semangat untuk melangkahkan kakimu ke masjid?
Wahai saudaraku ...Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke MASJID.
Betapa banyak orang yg kaya raya tidak sanggup untuk mengerjakannya. Jangankan sehari lima waktu, seminggu sekali pun terlupa. Tidak jarang pula seumur hidup, tidak pernah singgah ke sana.
Orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu melakukannya. Walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitasdi Eropa, Australia ataupun Amerika.
Mampu melangkahkan kaki ke Jepang, Cina dan Korea dengan semangat yang membara, namun ke masjid, tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh, walaupun telah bergelar Dr. Filsafat.
Pemuda yang kuat dan bertubuh sehat yg mampu menakluki puncak Gunung Guntur Garut dan Cikuray garut juga Everest pun sering mengeluh ketika diajak ke masjid.
Alasan mereka pun beragam. Ada yang berkata sebentar lagi, ada yg berkata takut dikata alim.
Maka berbahagialah dirimu wahai saudaraku. Bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki ke masjid.
Karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki, tidak ada perjalanan yg paling kami banggakan selain daripada perjalananmu ke masjid.
Biar kuberitahu rahasianya kepadamu. Sejatinya perjalananmu ke masjid adalah perjalanan untuk menemui Allah Rabbmu yang telah menciptakan dan memberikan segalanya. Itulah perjalanan yg diajarkan oleh Nabi serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.Maka lakukanlah walaupun engkau harus merangkak dalam gelap subuh, demi mengenal dan dikenal Robbmu. (SUNOTO, S.Pd.I.)